Blog

losandes.biz: Drone Anka dan Titik Balik Strategis bagi Indonesia


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Drone Anka dan Titik Balik Strategis bagi Indonesia yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Baca juga: Enam Pesawat Nirawak Anka Turkish Aerospace Bakal Dirakit di Indonesia

KOMPAS/IQBAL BASYARI

Pesawat nirawak buatan Turkish Aerospace Anka III di hanggar yang berada di Ankara, Turki, Selasa (26/7/2023). Jet tempur siluman ini memiliki visibilitas radar yang rendah sehingga memungkinkan untuk beroperasi secara diam-diam tanpa terdeteksi.

Wakil Menteri Pertahanan M Herindra mengatakan, Turki tidak setengah-setengah dalam menjalin kerja sama. ”Transfer of technology-nya full. Selain harganya kompetitif, tidak ada konflik kepentingan apa pun, serta menjanjikan investasi kerja sama dengan PT Pindad, PT DI, LEN, dan Defend ID. Syarat yang diberikan pun tak menyulitkan,” katanya, Jumat (4/8/2023).

Baca juga: Diplomasi Pertahanan “Drone” Tempur Indonesia-Turki

Bagi Indonesia yang ingin mengejar kemandirian dalam industri pertahanan, apa yang ditawarkan Turki adalah ”emas”. Duta Besar Indonesia untuk Turki, Lalu M Iqbal, membenarkan hal itu.

Tentang kemandirian itu, menurut Iqbal, Turki benar-benar belajar dari masa lalu. Seperti Indonesia yang pernah diembargo AS pascareferendum Timor Leste, 1999, Turki pun pernah mengalaminya. Sebagai anggota NATO, Turki diembargo pakta pertahanan itu pada tahun 1974 karena Turki menginvasi Siprus.

Namun, Turki tidak patah arang. Turki lantas menggenjot ekosistem industri pertahanannya. ”Mereka membangun rantai pasok di dalam negeri,” kata Iqbal. Salah satu caranya, Turki mengolaborasi tiga entitas, yaitu pemerintah, kampus, dan industri.

IQBAL BASYARI

Hurjet, jet latih yang bisa digunakan untuk pesawat serang ringan, produksi Turkish Aerospace dipamerkan International Defence Industry Fair (IDEF) 2023 di Istanbul, Turki, Rabu (27/7/2023).

Menurut Iqbal, bagi Indonesia, Turki adalah contoh sekaligus pilihan rasional untuk pengembangan industri pertahanan. Selain ramah dalam transfer of technology (TOT), Turki pun dapat menjadi acuan bagaimana membangun ekosistem industri pertahanan, termasuk bagaimana menciptakan rantai pasok di dalam negeri.

Lompatan Turki

”Kami telah menjadi sasaran embargo, dan jelas kami menjadi korban pembatasan yang tidak adil dan melanggar hukum,” katanya. ”Kami telah mengalami standar ganda, ketidakadilan dan ketidaksetiaan, menghadapi ini, kami tidak menyerah,” kata Erdogan.

Baca juga: Turki Membangun Industri Pertahanan Mandiri

Turki pun lantas mempercepat proyek pertahanan, dan menemukan solusi untuk memenuhinya. Kini, selain drone, Turki telah mengembangkan beragam senjata canggih, seperti rudal anti-kapal Atmaca, drone siluman Anka III, dan pesawat generasi keenam Kaan.

Dalam 20 tahun, Turki berhasil melakukan lompatan pesat. Erdogan mengatakan, rasio tingkat ketergantungan pada sumber asing dalam industri pertahanan berkurang dari 80 persen pada 2002 menjadi hanya 20 persen pada 2022.

Wakil Presiden Eksekutif Divisi Helikopter Turkish Aerospace Mehmet Demiroglu menuturkan, dalam teknologi pesawat nirawak tempur, Turki berada di tiga besar dunia.

AP PHOTO/FRANCISCO SECO

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan keterangan kepada media di istanbul, Turki, Sabtu (8/7/2023). Erdogan mengajukan tuntutan baru agar aksesi keanggotan NATO Swedia berjalan mulus, yakni membuka aksesi keanggotaan Uni Eropa yang terhenti sejak tahun 2016.

KOMPAS/IQBAL BASYARI

Miniatur pesawat tempur generasi ke-5 produksi Turkish Aerospace, KAAN, ditampilkan saat International Defence Industry Fair (IDEF) 2023 di Istanbul, Turki, Rabu (27/7/2023). KAAN yang dikembangkan oleh Turkish Aerospace akan menggantikan pesawat tempur F-16 yang sangat populer dan digunakan oleh banyak negara.

”Turki bertujuan membangun hubungan berdasarkan sikap saling menguntungkan. Tidak tepat menggunakan isu vital, seperti keamanan, sebagai elemen ancaman dan tekanan antarnegara,” katanya.

Erdogan mengatakan, setiap orang harus dapat memenuhi kebutuhan keamanan mereka dengan mudah selama sah dan sesuai hukum. ”Itu sebabnya kami akan terus berbagi kemampuan dengan negara-negara sahabat. Kami akan mendukung semua mitra kami sambil memenuhi kebutuhan kami sendiri,” ujarnya.

Indonesia-Turki

KOMPAS/IQBAL BASYARI

Presiden dan CEO Turkish Aerospace Temel Kotil

Di sisi lain, dua keunggulan itu—ditambah pernyataan Erdogan—sangat terbuka bagi Indonesia terlibat membangun pasar di kawasan. Ini yang sedang dilakukan melalui pengembangan tank Harimau oleh PT Pindad dan FNSS.

Terkait pembelian Anka—sebanyak 12 unit—Presiden dan CEO Turkish Aerospace Temel Kotil akhir Juli lalu mengatakan, enam di antaranya akan dirakit PT Dirgantara Indonesia (DI). Menurut dia, perakitan Anka di Indonesia merupakan bagian dari kesepakatan kedua belah pihak.

Baca juga: Indonesia Gandeng Perancis dan Turki Kembangkan Senjata

Sebagaimana Erdogan, Turkish Aerospace ingin mendukung Indonesia agar mampu membangun sendiri alutsista yang diperlukan. Kini, Kotil masih menunggu tindak lanjut PT DI membangun fasilitas perakitan Anka. ”Tak ada persyaratan jumlah minimal pembelian Anka untuk transfer teknologi. Ini adalah kesepakatan bersama,” kata Kotil.

Di sisi lain, kerja sama itu membuka ruang lebih besar bagi kedua pihak. Menurut Iqbal, kebijakan luar negeri Turki saat ini antara lain memperluas jangkauan. Salah satunya melalui diplomasi kemanusiaan. Turki merupakan negara kedua terbesar setelah AS (8,9 miliar dollar AS) yang menyisihkan dana untuk bantuan kemanusiaan, nilainya mencapai 8,2 miliar dollar AS.

Jangkauan bantuan Turki hingga Asia Tenggara, antara lain kepada Rohingya. Bagi Turki, ASEAN dan Indonesia adalah pintu masuk ke kawasan Asia Pasifik. Sebaliknya, Turki sangat penting bagi Indonesia untuk masuk lebih jauh ke Afrika, di mana Turki banyak hadir di kawasan tersebut.

Kuatnya kerja sama di bidang pertahanan ini berpotensi meningkatkan nilai perdagangan Indonesia-Turki yang kini mencapai tiga miliar dollar AS. Menurut Iqbal, potensi perdagangan kedua negara sejatinya jauh lebih besar, yaitu 15 hingga 20 miliar dollar AS.

Pintu kini terbuka lebar….