Blog

losandes.biz: Akar Konflik RusiaUkraina hingga Panas Soal Invasi


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Akar Konflik RusiaUkraina hingga Panas Soal Invasi yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta

Memanasnya konflik Rusia dan Ukraina belakangan ini jadi perhatian dunia internasional. Tudingan Rusia bakal segera menginvasi Ukraina terus dilontarkan lantaran dikuatkan dengan keberadaan militer Rusia di sekitar perbatasan Ukraina.

Negara-negara Barat, termasuk sekutu NATO berbondong-bondong mengirimkan bantuan alat militer jika invasi dan serangan tiba-tiba saja terjadi. Namun yang menjadi pertanyaan, apa sebenarnya akar konflik antara Rusia dan Ukraina? detikcom merangkum informasi selengkapnya berikut ini.

Masalah Perdagangan-Pencaplokan Krimea

Dilansir BBC, Ukraina memang merupakan bagian dari Uni Soviet hingga memperoleh kemerdekaaanya pada 1991 lalu. Hubungan Rusia dan Ukraina menegang pada 2013 silam karena kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Penolakan itu memicu gelombang protes massa hingga Viktor Yanukovych digulingkan dari jabatannya pada 2014 lalu.

Pada Maret 2014, Rusia mencaplok Krimea, sebuah semenanjung otonom di Ukraina selatan dengan loyalitas Rusia yang kuat. Pencaplokan itu dilakukan dengan dalih bahwa Rusia membela kepentingannya dan kepentingan warga negara yang berbahasa Rusia. Kala itu, ribuan tentara berbahasa Rusia, yang dijuluki “pria hijau kecil” dan kemudian diakui oleh Moskow sebagai tentara Rusia, membanjiri semenanjung Krimea. Dalam beberapa hari, Rusia selesai mencaplok Krimea dalam referendum yang dikecam oleh Ukraina dan sebagian besar dunia sebagai hal yang ‘tidak sah’.

Pencaplokan Rusia di Semenanjung Krimea juga mendorong pecahnya pemberontakan separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk di mana mereka mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina. Pemberontakan itu memicu pertempuran sengit selama berbulan-bulan.

Saat itu, Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjatanya untuk mendukung pemberontak. Rusia membantahnya dan menuduh orang Rusia yang bergabung dengan separatis adalah sukarelawan.

Dalam pertempuran tersebut, lebih dari 14.000 orang tewas. Donbas, jantung industri di Timur Ukraina, hancur akibat pertempuran tersebut

Pada 2015, Ukraina dan Rusia menandatangani kesepakatan damai di Minsk, yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman. Meski begitu kesepakatan damai tercoreng dengan dilanggarnya gencatan senjata berulang kali.

Selain itu, konflik kedua negara ini juga terkait dengan keinginan bergabungnya Ukraina ke NATO. Simak informasinya di halaman selanjutnya.

Lihat Video: Latihan Militer Besar-besaran Disaksikan Putin, Rusia Uji Coba Rudal

[Gambas:Video 20detik]