Blog

losandes.biz: Analisis Invasi Rusia ke Ukraina Perspektif Realisme dan NeoRealisme


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Analisis Invasi Rusia ke Ukraina Perspektif Realisme dan NeoRealisme yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Rusia dan Ukraina adalah satu negara sebelum Uni Soviet runtuh. Runtuhnya Uni Soviet dan kemudian terpecah menjadi lima belas negara (Estonia, Lithuania, Latvia, Azerbaijan, Georgia, Rusia, Uzbekistan, Moldova, Ukraina, Belarus, Turkmenistan, Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan) dimulai dengan upaya pemimpin Uni Soviet saat itu, Mikhail Sergeyevich Gorbachev, dalam menyelamatkan kondisi Uni Soviet yang sedang krisis. 

Kebijakan Gorbachev yang akhirnya menyebabkan banyak demokratisasi di beberapa wilayah Uni Soviet menyebabkan banyak wilayah ingin berdaulat dan berpisah dari Uni Soviet. Ini adalah salah satu penyebab keruntuhan dan pembubaran Uni Soviet. Namun, meskipun Uni Soviet telah runtuh, semua perannya dalam politik internasional digantikan oleh Rusia. 

Misalnya, posisi Uni Soviet di anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa saat ini dimiliki oleh Rusia. Tak hanya itu, status negara adidaya milik Uni Soviet juga saat ini dimiliki oleh Rusia. 

Jadi seluruh dunia menganggap bahwa Rusia adalah pengganti Uni Soviet. Terutama, hubungan Rusia dengan Amerika Serikat cenderung bersaing satu sama lain, seperti hubungan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, kesamaan historis (pernah menjadi bagian dari Uni Soviet) antara Rusia dan Ukraina membuat kedua negara memiliki hubungan yang sangat dekat.

Namun, kedekatan hubungan antara Rusia dan Ukraina tidak selalu berjalan dengan baik. Setelah sepakat menjalin hubungan diplomatik pada 14 Februari 1992, hubungan kedua negara mengalami pasang surut. Hal ini karena ada dua pengaruh di Ukraina, yaitu pengaruh negara-negara barat, dan Rusia. Jadi Ukraina adalah semacam negara yang sedang direbutkan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, dan Rusia. Beberapa kali berganti pemimpin, ada pemimpin Ukraina yang cenderung dekat dengan Rusia dan juga dekat dengan negara-negara Barat (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Kondisi dan lokasinya yang cukup strategis membuat Amerika Serikat dan sekutunya tertarik untuk menyebarkan pengaruh di Ukraina. Sementara Rusia juga tidak ingin pengaruhnya dikalahkan oleh pengaruh negara-negara Barat.

Konflik antara Rusia dan Ukraina bukan saja baru terjadi. Misalnya, ketika ada sengketa pasokan gas pada tahun 2006. Kemudian konflik Semenanjung Krimea pada 2014. Hubungan antara Rusia dan Ukraina mulai menjadi konflik ketika Viktor Yushchenko yang condong ke Uni Eropa terpilih sebagai Presiden Ukraina pada tahun 2005. Pada 2010, hubungan kedua negara mulai membaik ketika Viktor Yanukovych, yang cenderung berpihak pada Rusia, terpilih sebagai Presiden Ukraina. Konflik mulai terulang kembali ketika Ukraina mengalami krisis pada 2013. Yanukovych menolak untuk membuat kesepakatan ekonomi dengan Uni Eropa, krisis di Ukraina tumpah menjadi krisis politik. Yanukovych digulingkan oleh Parlemen Ukraina pada Februari 2014. Oleh karena itu, pemerintah Ukraina dibagi menjadi dua, antara kubu yang berpihak pada Uni Eropa dan kubu yang berpihak pada Rusia (Hendra, Musani, & Samiaji, 2021).

Konflik berlanjut hingga 2014, ketika Krimea meminta bantuan Rusia dalam menyelesaikan konflik di Ukraina. Permintaan ini disambut baik oleh Rusia. Dengan membantu dan mengirim pasukan ke Krimea, Rusia mampu memperkuat pengaruhnya di Eropa Timur dan Timur Tengah. Hal ini karena lokasi geopolitik Krimea yang strategis. Karena konflik ini, ada gerakan separatis bersenjata di Ukraina, terutama di Donetsk dan Luhansk. Rusia dan Ukraina telah berusaha untuk de-eskalasi konflik melalui Perjanjian Minsk pada tahun 2015. Dalam hal ini, Prancis dan Jerman menengahi. Perjanjian itu disepakati bahwa kedua negara akan mengadakan gencatan senjata, menarik senjata dan memberi Ukraina kendali penuh atas seluruh zona konflik. Namun, perjanjian ini belum mampu menyelesaikan konflik antara Rusia dan Ukraina. Hingga akhirnya, yang terbaru, Ukraina kembali mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO. Hal ini membuat Rusia marah dan akhirnya menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 (CNBC Indonesia, 2022).


Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Lihat Semua Komentar (0)