Blog

losandes.biz: Fakta di Balik Kebohongan Begini Mendeteksinya


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Fakta di Balik Kebohongan Begini Mendeteksinya yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

TEMPO, Jakarta – Berbohong  jadi topik viral akhir-akhir ini setelah kasus Dwi Hartanto terungkap. Pernahkah Anda berbohong? Tentu saja pernah.

Berbohong pun tidak selalu buruk. Tak jarang kita berbohong demi menyenangkan orang lain atau menghindari pertengkaran. Bahkan kebohongan kecil (white lie) pun perlu dilakukan untuk menyelamatkan hubungan.

Kita semua pernah berbohong dengan berbagai motif bahkan sebelum kita bisa berbicara. Balita menangis seringkali sebagai strategi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Lebih tepatnya, balita berbohong demi mencari perhatian. Tak hanya balita, bahkan, binatang pun bisa berbohong demi makanan dan seks. Penelitian pada primata seperti gorilla menyebutkan bahwa gorilla bisa berkomunikasi. Ia menggunakan bahasa isyarat untuk berinteraksi dengan manusia. Suatu hari ia menumpahkan air dan memecahkan bak, apa jawabannya ketika ditanya apa yang terjadi? Ia justru menyalahkan kucing kecil di sebelahnya.

Baca juga:
Tempat Kerja Jauh Picu Gangguan Jiwa, Cek 3 Solusinya
Hati-hati Curhat di Media Sosial, Belajar dari Lyra Virna
Bohong ala Dwi Hartanto, Bagaimana Solusinya?

Tahukah kamu, kebohongan pun memiliki karakteristik berdasarkan jenis kelamin dan waktu? Laki-laki biasa berbohong demi menjaga citra dirinya sedangkan perempuan demi menjaga perasaan temannya. Tak hanya itu, menurut penelitian, orang cenderung berbohong di siang hari daripada pagi hari. Oleh karena itu, upayakan mewawancarai orang di pagi hari agar kita bisa mengorek keterangan lebih akurat.

Orang berbohong demi menyelamatkan harga dirinya. Bagaimana orang berpikir tentang kita dan bagaimana kita akan diperlakukan membuat kita mudah berbohong. Inilah sebabnya mengapa kita lebih sering berbohong pada orang-orang asing yang baru kita kenal daripada orang dekat.

Meski demikian, kita bisa mendeteksi kebohongan. Salah satu caranya adalah dengan memberikan kepercayaan. Alasannya, orang yang selalu curiga tak pernah berada di dalam situasi penuh kebohongan. Jadi, bagaimana bisa ia tahu ia dibohongi jika ia tak pernah memberikan kepercayaan?

Orang yang profesional dalam mendeteksi kebohongan dapat mengetahuinya langsung dari cara orang tersebut bereaksi dan menjawab pertanyaan. Hal inilah yang menyebabkan pembohong harus mempunyai daya ingat kuat dan berpikir lebih keras untuk mengarang cerita yang masuk akal. Berkata jujur jauh lebih mudah dan menenangkan karena tak ada beban. Adalah insting natural manusia untuk berkata jujur. Jadi, wajar saja bukan jika pembohong kadang keceplosan mengungkap kebohongannya sendiri?

Kebohongan akan semakin berbahaya jika menjadi kebiasaan. Bisa dikatakan kebiasaan berbohong adalah suatu penyakit (pathological). Seperti apa karakteristik kebiasaan yang sudah menjadi penyakit ini? Karakteristiknya ialah jika seseorang berbohong tanpa alasan. Kebohongan yang dilakukan terasa mudah dan tak ada rasa bersalah.


LIVESCIENCE
WEBMD | AL-HANAAN | SDJ