Blog

losandes.biz: Kapan El Nino di Indonesia Selesai Ini Penjelasan BMKG


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Kapan El Nino di Indonesia Selesai Ini Penjelasan BMKG yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, ada 2 fenomena iklim yang menyebabkan penurunan curah hujan, termasuk di Indonesia. Yaitu, Indian Ocean Dipole (IOD) positif dan El Nino. Dwikorita mengatakan, puncak El Nino di Indonesia diprediksi terjadi pada Agustus-September 2023 nanti.

“Sebenarnya, Agustus-September itu secara umum di Indonesia. Tapi kalau skala lebih detail, beberapa wilayah di Indonesia, termasuk DKI (Jakarta), di September curah hujannya masih rendah,” katanya dalam Profit CNBC Indonesia, Jumat (4/8/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jadi puncaknya memang Agustus-September, tapi ada daerah yang diprediksi hujannya baru datang nanti di bulan November. Jadi, puncaknya berlalu, tapi kekeringan masih ada. Cuma memang tidak se-intens di bulan Agustus-September,” ujar Dwikorita. 

Sementara El Nino merupakan fenomena anomali kenaikan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Yang mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah dan Timur.

Kedua fenomena ini membuat musim kemarau di Indonesia lebih kering dibandingkan musim kemarau tahun 2020, 2021, dan 2022. Di mana, BMKG merilis, hasil monitoring hingga pertengahan Juli 2023 menunjukkan, 63% dari zona musim telah memasuki musim kemarau. Menurut BMKG, pemantauan 10 hari terakhir Juli 2023, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan nilai sebesar positif 1,14 yang mengindikasikan intensitas El Nino terus menguat, sejak awal Juli.

Foto: Peringatan BMKG! El Nino Bikin RI Kekeringan & Diancam Kebakaran Hutan (CNBC Indonesia TV)
Peringatan BMKG! El Nino Bikin RI Kekeringan & Diancam Kebakaran Hutan (CNBC Indonesia TV)

“Jabodetabek termasuk wilayah yang intensitas curah huajnnya rendah, bahkan sangat rendah. Warnanya (pemetaan) itu sampai cokelat kehitaman. Intensitas curah hujan diprediksi akan sangat rendah,” kata Dwikorita.

“Intensitas curah hujan bulanan diprediksi akan sangat rendah. Tentunya akan berdampak pada kekeringan yang cukup serius kalau tidak ada mitigasi atau antisipasi tepat. Demikian juga Jawa secara umum,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]

Bukan Menakuti, RI Dihantam Cuaca Ekstrem, Catat Waktunya!

(dce/dce)