Blog

losandes.biz: Majelis AH dan Marketing Politik Airlangga Hartarto


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Majelis AH dan Marketing Politik Airlangga Hartarto yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

PEMBERITAAN mengenai aktivitas terkini Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto tampak memunculkan diferensiasi dari sisi potitioning politik.

Aktivitas dan pemberitaan di media mengenai Airlangga tak hanya berkutat pada dinamika politik terkait posisinya selaku Ketua Umum Partai Golkar.

Baca juga: Ini Pesan Buya Syafii Maarif untuk Airlangga Hartarto

Dari sejumlah aktivitas tersebut, ia juga muncul sebagai sosok yang disibukkan dengan berbagai kegiatan relijius bernuansa sosial. Salah satunya, melalui Majelis Ahlul Hidayah (Majelis AH) pimpinan tokoh muda NU Nusron Wahid.

Di majelis yang nama inisialnya sama (Ahlul Hidayah dan Airlangga Hartarto sama-sama berinisal AH), tampak ada upaya personifikasi. Dari sisi komunikasi politik, ini merupakan strategi agar mudah menancapkan pesan kepada khalayak sebagai komunikan.

Doris A Graber (1984) dalam karyanya Mass Media and American Politics, menyebut bahwa komunikasi politik merupakan upaya konstruksi, pengiriman, penerimaan, dan pemrosesan pesan yang berpotensi memiliki dampak signifikan langsung atau tidak langsung terhadap politik.

Political marketing dan positioning

Apa yang dilakukan Airlangga Hartarto tidak bisa lepas dari upaya strategi marketing komunikasi politik.

Dalam political marketing, yang dilakukan Airlangga melalui Majelis AH adalah kegiatan dalam proses politik sebagai proses memperkenalkannya kepada masyarakat dengan metode pemasaran (marketing).

Selaku Ketua Umum Partai Golkar, yang punya potensi dicalonkan sebagai calon presiden di Pemilihan Presiden/Wakil Presiden (Pilpres) 2024, Airlangga tentu harus sedini mungkin mempersiapkan langkah politik untuk bisa lebih dikenal publik (popularitas).

Sederhananya, jika Airlangga selaku aktor dan komunikator politik sudah dikenal oleh publik maka itu akan memudahkannya menyampaikan pesan, serta mempermudah juga upaya memperoleh suara ketika kelak benar-benar menjadi kandidat.

Kegiatan yang sudah dilakukan Airlangga Hartarto melalui Majelis AH, seperti Istighosah dan pembacaan shalawat nariyah, pada Minggu (18/7/2021)—mengambil momentum jelang pelaksanaan waktu wukuf, yang oleh umat Islam dipercaya sebagai waktu bagi semua doa dikabulkan—, secara umum mendapatkan pemberitaan positif.

Ada dua hal yang membuat citra positif bagi Airlangga dari kegiatan yang diikuti secara virtual oleh lebih dari 10.000 peserta tersebut.

Pesan komunikasi politik Airlangga, dalam bentuk kerja nyata melalui upaya penanggulangan Covid-19 dan pemulihan ekonomi dengan dibarengi kegiatan relijius bernuansa sosial tersebut lebih mudah untuk masuk ke relung dan sanubari masyarakat Indonesia.

Kegiatan Indonesia Bersholawat Bersama Habis Syech, yang dilakukan Airlangga melalui Majelis AH pada Sabtu (14/8/2021)—dengan momentum Kemerdekaan Indonesia ke-76 serta Tahun Baru Islam 1443 Hijriah—, punya penanda serupa.

Political marketing yang dilakukan Airlangga tersebut bisa dinilai sebagai upaya untuk membentuk positioning, menancapkan citra tertentu ke dalam benak khalayak selaku pemilih tentang posisi khas yang melekat pada sosok Airlangga.

Upaya perluas segmentasi

Pemilih Partai Golkar selama ini identik dengan segmentasi pemilih tradisional dari sisi tipologi. Misal, kuat di Jawa Barat, Banten, dan luar Pulau Jawa dari sisi geografi; serta pemilih dengan usia tua dari sisi demografi.

Upaya memperluas segmentasi pemilih masih sangat terbuka bagi Partai Golkar, termasuk untuk menjangkau komunitas pemilih milenial dan pemilih pemula, dan komunitas berbasis agama.

Saat ini, dengan posisinya sebagai Menko Perekonomian sekaligus Ketua KPC-PEN, Airlangga punya sekian banyak program pupulis yang berpotensi dikonversikan menjadi citra diri dan citra politik.

Pemasaran politik yang dilakukan Airlangga tersebut sejalan dengan konsep Philip Kotler dan Neil Kotler (1999).

Mereka menerapkan konsep bisnis dalam pemasaran politik, yakni berkaitan dengan mengetahui keinginan pasar (pemilih), menciptakan produk (calon/kandidat) yang sesuai, menginformasikan produk (kandidat/partai) melalui promosi, serta mendistribusikan produk (kandidat/partai) agar sampai ke tangan konsumen (pemilih).

Dengan demikian, Airlangga kini tak hanya luwes untuk masuk di kalangan birokrasi dan pemilih tradisional selama ini menjadi basis pemilih Golkar.

Ia juga berpeluang untuk bisa fleksibel masuk di kalangan berbasis keagamaan, seperti NU dan Muhammadiyah bahkan komunitas lintas agama.

Dengan label syekhermania yang disematkan langsung oleh Habib Syekh, Airlangga juga akan lebih bisa diterima komunitas pecinta habaib dan para kiai.

Apakah ini akan menjadi pemasaran politik yang efektif? 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.