Blog

losandes.biz: Rangkuman Perang Rusia vs Ukraina Rusia Tidak Mungkin Ada Negosiasi Damai


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Rangkuman Perang Rusia vs Ukraina Rusia Tidak Mungkin Ada Negosiasi Damai yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Bisnis.com, JAKARTA – Perang Rusia vs Ukraina tak kunjung usai, Rusia dengan tegas menolak adanya kemungkinan negosiasi dengan pihak Kyiv yang bertujuan untuk mengakhiri perang di Ukraina yang telah dimulai oleh Vladimir Putin ini.

Dilansir dari Newsweek pada Selasa (24/1/2023) Juru Bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov mengatakan bahwa negosiasi antara Rusia dan Ukraina menjadi hal yang sangat tidak mungkin untuk dilakukan.

“Negosiasi untuk sekarang ini sangat tidak mungkin, karena tidak ada syarat bagi mereka baik secara de facto maupun de jure. Kami tahu pembenaran hukum atas ketidakmungkinan negosiasi di pihak Ukraina dan bahwa secara de facto, satu hal dapat diakui, tetapi tidak ada syarat untuk negosiasi semacam itu,” sebut Peskov.

Komentar Peskov ini mulanya muncul ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut bahwa Ukraina telah menolak untuk mendiskusikan  perdamaian selama kunjungannya ke Afrika Selatan. Pada pekan lalu, Lavrov mengatakan bahwa konflik hanya akan berakhir ketika Ukraina tidak lagi menjadi ancaman militer bagi Rusia.

Tak hanya itu, Lavrov juga menyebut bahwa mulanya pihak Rusia siap untuk mengadakan pembicaraan dengan Ukraina di awal perang, tetapi Amerika Serikat (AS) bersama para sekutu lainnya justru menyarankan  Ukraina untuk tidak melakukan diskusi dengan Rusia.

Bagi Lavrov hal ini tentunya sesuai dengan klaim dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang mengatakan bahwa sekutu barat Ukraina akan menghentikan Kyiv untuk mengadakan diskusi perdamaian dengan Rusia.

Rusia diketahui telah berulang kali menolak usulan formula perdamaian 10 poin untuk negosiasi yang sebelumnya diusulkan oleh Presiden Ukraina Volodymr Zelensky. Salah satu poin dalam formula perdamaian ini membahas mengenai pemulihan integritas wilayah Ukraina dan Putin menarik semua pasukannya.

Selain itu, Presiden AS Joe Biden sebelumnya telah mengatakan bahwa dirinya siap berdiskusi dengan Putin jika presiden Rusia ini menunjukkan keseriusannya untuk mengakhiri invasi. Sayangnya Ukraina dan para sekutunya curiga terhadap Rusia. Pihak Rusia dituding menggunakan waktu yang dihabiskan untuk negosiasi dengan mengumpulkan kembali pasukan militernya.

Kemudian komentar Lavrov itu muncul setelah dia melihat hasil pertemuan sekutu Ukraina yang tidak menyepakati terobosan yang menyerukan Jerman akan mengizinkan pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina untuk melawan agresi Rusia.

Pada Senin (23/1/2023) Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki menyatakan kembali bahwa Polandia dapat mengirim stok tank Leopard 2 buatan Jerman ke Ukraina bahkan tanpa adanya izin Berlin. Rusia disebut-sebut takut dengan kekuatan dan kerusakan yang mungkin akan ditimbulkan dari Tank Leopard 2 buatan Jerman itu.

Rangkaian Peristiwa Perang Rusia vs Ukraina Hari ke- 335:

–  Ajudan Zelensky Mengundurkan Diri

Wakil kepala kantor kepresidenan Ukraina, Kyrylo Tymoshenko telah meminta Presiden Volodymyr Zelensky untuk memberhentikan dirinya.

“Saya berterima kasih kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atas kepercayaan dan kesempatan untuk melakukan perbuatan baik setiap hari dan setiap menit,” tulis Tymoshenko di aplikasi perpesanan Telegram.

– Polandia Siap Kirim Tank Leopard Tanpa Persetujuan Jerman

Polandia telah menegaskan kembali bahwa pihaknya siap mengirim tank ke Ukraina tanpa persetujuan Jerman. Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki mengatakan bahwa pemerintahnya akan meminta izin dari Berlin untuk mengirim tank Leopard ke Ukraina, tetapi dia menggambarkan persetujuan itu hanya sebagai kepentingan sekunder. 

– Pertahanan Pasukan Rusia Disebut Mulai Memudar

“Pasukan Rusia terus mengalami kebuntuan operasional dan banyak korban,” kata Kementerian Pertahanan Inggris. 

– Rusia Sedang Merenggangkan Hubungan Diplomatis dengan Estonia

Rusia mengatakan sedang menurunkan hubungan diplomatik dengan anggota NATO, Estonia. Rusia menuduh Tallinn sangat Russophobia. Selain itu, Latvia mengumumkan akan menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Rusia dan memberi tahu duta besar Rusia untuk meninggalkan negara itu paling lambat 24 Februari mendatang.

– Jerman Mulai Pindahkan Sistem Patriot ke Polandia

Jerman telah memulai pemindahan sistem pertahanan udara Patriot ke wilayah Polandia, dekat perbatasan Ukraina, di mana mereka akan dikerahkan untuk mencegah serangan rudal. 

Tawaran Berlin untuk mengerahkan tiga unit Patriotnya di Polandia datang setelah adanya dua orang yang tewas oleh rudal Ukraina yang tersesat dan menghantam desa Przewodow di Polandia pada bulan November lalu.

– Mantan Komandan Wagner Rusia Ditangkap Pasca Kabur Ke Norwegia

– Kremlin Sebut Pemilihan Ulang Tahun 2024 untuk Putin Terlalu Dini

“Terlalu dini untuk berbicara tentang potensi pemilihan ulang 2024 untuk Vladimir Putin. Presiden Rusia belum membuat pernyataan tentang masalah ini”, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. 

Pada tahun 2021 Putin telah menandatangani undang-undang yang akan memungkinkan dia dapat mencalonkan diri sebagai presiden dua kali lagi dalam hidupnya. Artinya, Putin berpotensi menjabat sebagai presiden hingga tahun 2036

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google
News