Blog

losandes.biz: Sejarah dan Profil PKB


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Sejarah dan Profil PKB yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan partai politik yang indentik dengan organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Sejarah dan Profil PKB tidak bisa lepas dari peran masyarakat Nahdliyin.

Mengutip laman resmi Pkb.id, sejarah dan profil PKB dimulai pada 23 Juli 1998 oleh para kiai dari Nahdlatul Ulama (NU). Mulai dai  Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, Mustofa Bisri, dan A Muhith Muzadi.

Parpol ini didirikan setelah masa pemerintahan Orde Bru berakhir. Kala itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok Tanah Air.

Sejarah PKB dimulai saat ada yang mengusulkan agar PBNU membentuk partai politik (parpol), mengusulkan nama parpol, lambang, hingga nama-nama pengurusnya. Tercatat, terdapat sekitar 39 usulan nama parpol, termasuk Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa.

Sejarah Lahirnya PKB

Lambang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) (Wikipedia)

Para tokoh PBNU menyikapi usulan nama parpol dengan sangat hati-hati. Sebab, berdasarkan hasil Muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984, NU dinyatakan sebagai organisasi yang tidak melakukan kegiatan politik, ataupun terkait dengan parpol.

PBNU dianggap belum bisa memenuhi keinginan masyarakat, serta sejumlah kalangan NU mulai mendeklarasikan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi masyarakat setempat. Partai yang lahir seperti Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Ummat di Cirebon.

Kemudian, PBNU melakukan Rapat Harian Syuriyah pada 3 Juni 1998. Hasilnya dibentuk Tim Lima dengan tugas untuk memenuhi berbagai aspirasi warga NU.

Tim Lima diketuai oleh KH Ma’ruf Amin, dengan anggota, KH M Dawam Anwar, Dr KH Said Aqil Siroj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja. Seiring derasnya keinginan masyarakat NU untuk membentuk parpol, maka digelar rapat kembali pada 29 Juni 1998.

Dalam Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tersebut, Tim Lima diperkuat dengan dibentuk Tim Asistensi. Tim Asistensi yang diketuai Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU), ditugaskan membantu Tim Lima.

Pada 22 Juni 1998, Tim Lima dan Tim Asistensi melakukan rapat untuk mengelaborasikan tugas-tugas mereka. Kemudian antara 26-28 Juni 1998, kedua tim kembali melakukan rapat untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Namun, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merasa bimbang dengan pendirian parpol ini. Sebab, terkesan mengaitkan agama dan politik partai.

Gus dur Salah satu Pendiri PKB (Wikipedia)

Oleh karena itu, Gus Dur bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunah wal jemaah. Keinginan Gus Dur diperkuat dukungan deklarator lainnya, yaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri, dan KH A. Muchith Muzadi.

Usai pembentukan partai dan pemilihan nama, maka pada 23 Juli 1998, deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dilaksanakan di Jakarta. Pemlihan nama tersebut sesuai dengan sifat yang dijunjung dari parpol ini, yaitu kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis.

Sejak beridiri, Ketua Umum PKB baru terjadi sebanyak 3 kali. Ketua Umum PKB pertama yakni Matori Abdul Djalil. Ia menjabat selama 3 tahun selama 23 Juli 1998 hingga 15 Agustus 2001.

Jabatan itu lantas digantikan oeh Alwi Shihab selama 15 Agustus 2001 hingga 25 Mei 2005. Selanjutnya, kursi kepemimpinan beralih ke Muhaimin Iskandar yang menjabat sejak 25 Mei 2005 hingga kini lebih dari 15 tahun.

Lambang PKB

PKB memiliki lambang persegi warna hijau yang di dalamnya terdapat gambar bola dunia dan kepulauan Indonesia warna putih dikelilingi 9 bintang berwarna kuning. Kemudian, terdapat tulisan PKB di bagian bawah.

Bumi dan peta Indonesia bermakna bahwa NKRI merupakan basis perjuangan PKB dalam usahanya untuk mencapai tujuan partai. Lalu, 9 bintang bermakna idealisme partai yang memuat 9 nilai, yaitu kemerdekaan, keadilan, kebenaran, kejujuran, kerakyatan, persamaan, kesederhanaan, keseimbangan, dan persaudaraan.

Sedangkan warna putih bermakna kesucian, ketulusan, dan kebenaran yang menjadi etos perjuangan partai. Lalu, hijau berarti kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjadi tujuan perjuangan. 

Selanjutnya, warna kuning menandakan kebangkitan bangsa yang menjadi nuansa pembaruan berpijak pada kemaslahatan umat manusia.

Struktur Organisasi PKB

Struktur Pengurus PKB (pkb.id)

Berikut susunan kepengurusan PKB masa jabatan 2019-2024:

  • Ketua Umum: Abdul Muhaimin Iskandar
  • Wakil Ketua Umum Ideologi dan Kaderisasi: M Hanif Dhakiri
  • Wakil Ketua Umum Kesra dan Perekonomian: Ida Fauziyah
  • Wakil Ketua Umum Pemenangan Pemilu: Jazilul Fawaid
  • Sekretaris Jenderal: M Hasanuddin Wahid
  • Wakil Sekretaris Jenderal: Anggia Ermarini, Risharyudi Triwibowo, Dita Indah Sari, Syaiful Huda, Eem Marhamah, Hindun Anisa
  • Bendahara Umum: Nur Yasin, Bambang Susanto, Bertu Merlas

Peran PKB dalam Pemilu 1999-2014

Dalam pemilu perdananya, PKB berhasil mendapat perolehan suara sebanyak 13.336.982 atau 12,61 persen pada 1998. Pada pemilu 2004-2009, PKB kembali menduduki peringkat lima besar dengan perolehan suara 12.002.885 atau 10,61 persen.

Sayangnya, perolehan suara PKB mengalami kemerosotan pada pemilu 2009-2014. Partai politik ini hanya meraih 5.146.302 suara atau 4,95 persen pada pesta rakyat tahun tersebut.