Blog

losandes.biz: 4 Negara Mencoba Jadi Pendamai Rusia Ukraina tapi Punya Motif Masingmasing


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: 4 Negara Mencoba Jadi Pendamai Rusia Ukraina tapi Punya Motif Masingmasing yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

KIEV, KOMPAS.com – Setidaknya empat negara tampaknya mengajukan diri sebagai “pendamai” Rusia Ukraina atau setidaknya berusaha campur tangan melalui telepon, setelah gelombang pertama perantara mediasi yang dipimpin oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz gagal meredakan konflik.

Kelompok baru ini termasuk Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed dari UEA, dan terbaru Perdana Menteri India Narendra Modi.

Negara-negara ini semuanya mempertahankan intervensi mereka dan berusaha menunjukkan netralitas selama perang. Mereka mengeklaim itu menempatkan pihaknya di tempat yang baik untuk bertindak sebagai perantara yang jujur.

Guardian mewartakan bahwa para pengkritik mereka, sebaliknya, menilai proposal itu tak lain digunakan untuk menyembunyikan kebangkrutan moral mereka, dan untuk memelihara hubungan komersial yang mendalam dengan Rusia, yang masih merupakan calon pemenang dari uji kekuatan ini.

Baca juga: Situasi Stasiun Kereta Api Kharkiv Dipenuhi Ribuan Warga Ukraina Berusaha Melarikan Diri dari Perang

Israel

Kunjungan Bennett ke Moskow pada Sabtu (5/3/2022) adalah yang paling mengejutkan dan konsekuensial. Sejak kunjungan itu, Bennett telah berbicara dengan presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, dua kali, dan akan berbicara dengan Putin lagi.

Akan tetapi langkah PM Israel mendapat serangan dari domestik, yang marah karena Israel memutuskan untuk tetap netral dengan memblokir pasokan senjata ke Ukraina.

Sikap awalnya juga tidak menyenangkan Washington, meski Bennett lalu dibujuk mendukung resolusi majelis umum PBB pada 2 Maret yang menyesalkan serangan Rusia ke Ukraina.

Israel dilaporkan memiliki motif untuk tetap mendukung Rusia. Jika Moskwa dapat dibujuk untuk tidak menandatangani kembali kesepakatan nuklir Iran, yang saat ini hampir selesai di Wina, itu akan menjadi kemenangan diplomatik bagi Israel yang telah lama menentangnya.

Israel juga membutuhkan Rusia untuk mempertahankan kesepakatan di dalam wilayah Suriah, yang memungkinkannya melakukan serangan terhadap Iran.

“Mungkinkah kementerian pertahanan (Israel) dapat mengatakan bahwa karena kita perlu mengebom Suriah sekali atau dua kali seminggu, kita akan tetap netral dalam perang ini?” kritik Mantan Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel, Alon Liel.