Blog

losandes.biz: Apa Itu Politik Dinasti dan Dampaknya bagi Pengelolaan Negara Kita


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Apa Itu Politik Dinasti dan Dampaknya bagi Pengelolaan Negara Kita yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Politik dinasti – sebuah istilah yang mungkin sering kita dengar berseliweran dari mulut para pengamat politik maupun di obrolan warung kopi. Tak hanya di Indonesia, politik dinasti adalah fenomena nyata yang ada di pemerintahan berbagai negara. Sudahkah kita benar-benar paham dengan makna kehadirannya dalam sebuah negara?

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mendefinisikan politik dinasti sebagai  sebuah kekuasaan politik  yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga. Asal-usul lahirnya dinasti politik berasal dari era kerajaan di masa lalu, ketika secara tradisi tahta tertinggi  diwariskan secara turun-temurun dari ayah kepada anak, raja ke putra mahkota. 

Nusantara, dengan tradisi sejarah kerajaan dan kesultanan, tidaklah asing dengan konsep ini. Namun, politik dinasti mulai terbangun citra negatifnya di masa Orde Baru, ketika sistem ‘kroni’ bertumbuh subur di mana hanya orang-orang di lingkaran terdekat penguasa tertinggi kala itu yang mendapatkan jabatan maupun privilese tertentu. Hal ini diperparah dengan sistem politik yang masih sangat tertutup dan komunikasi yang otoritatif.

Keluarga yang memiliki dinasti politik umumnya sudah lama berkiprah dalam masyarakatnya, turun-temurun – sehingga ia menjadi figur yang familiar bagi masyarakat. Mungkin seorang figur bisa dicoblos seorang pemilih pemula, karena ia mendengar orang tuanya dahulu memilih orang tua dari figur tersebut di masa lalu.

Jika ia mendengar testimoni positif atas kinerja dinasti sebelumnya, bisa jadi ia akan terdorong untuk memilih sang penerus menjadi pemimpin. Salah satu contohnya adalah Edhie Baskoro Yudhoyono, putra bungsu mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga terpilih menjadi wakil rakyat di DPR selama dua periode.

Sebuah pengalaman unik yang mungkin jarang dimiliki kandidat independen. Contohnya saja, sosok Puan Maharani yang kita tahu telah mengikuti berbagai lawatan politik ibunya, Megawati, sejak remaja. Ia juga mengamati dari dekat berbagai dinamika yang terjadi di partai dan bagaimana keputusan besar diambil kala itu.


Lihat Kebijakan Selengkapnya

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Lihat Semua Komentar (0)