Blog

losandes.biz: Kebohongan dan Martabat Manusia


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Kebohongan dan Martabat Manusia yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta

Taruhlah kasus yang dilakukan salah seorang anak Akidi Tio, Heryanty dengan kasus prank donasi sumbangan Rp 2 triliun kepada pemerintah Provinsi Sumatra Selatan sekitar Agustus 2021. Pada awalnya semua orang percaya akan apa yang dilakukan putri seorang pengusaha yang sangat kaya ini. Tentu saja kebohongan ini sangat menggegerkan semua orang. Beberapa pejabat dipermalukan kelakuan sang putri anak pengusaha tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tiga tahun sebelum peristiwa kebohongan salah seorang putri Akidi Tio dan Yana Suryana, menjelang akhir tahun 2018, Ratna Sarumpaet, seorang aktivis sosial dan politik menggegerkan khalayak. Betapa tidak, ia mengaku disiksa seseorang di Bandung. Wajahnya dibantingkan ke aspal sampai terluka cukup parah.

Cerita sang prada tersebut mengundang simpati teman-temannya, terjadilah penyerangan dan perusakan kantor Polsek Ciracas. Pihak-pihak yang berwenang segera melakukan penyelidikan. Hasilnya diketahui, ternyata peristiwa yang dialami Prada Muhammad Ilham tersebut hanya hoaks belaka.

Skenario yang dibuat Sang Jenderal tersebut, kini menjadi berita “best seller” yang selalu diburu orang. Persidangan sang penyusun skenario tersebut selalu dinanti orang. Lebih dari itu, hampir setiap persidangan selalu saja ada cerita dan fakta yang membuat hakim, jaksa, penasihat hukum, dan khalayak greget atas jawaban Ferdi Sambo, Putri Candrawati, dan para saksi lainnya.

Tulisan ini tidak akan membahas keseruan persidangan Fredi Sambo Cs., namun mengajak para pembaca untuk mengambil hikmah dari perilaku Ferdi Sambo yang telah mengorbankan banyak orang. Ia begitu kejam telah memerintahkan Bharada Erliezer membunuh Brigadir Yosua, namun lebih kejam lagi, ulahnya telah membunuh karakter orang-orang tak bersalah.

Dari sinilah kita dapat mengambil pelajaran berharga, perilaku bohong merupakan perbuatan yang akan mencelakakan seseorang dan orang lain. Perilaku bohong mengantarkan seseorang hidup menderita.

Seseorang yang berperilaku bohong akan berupaya menutup kebohongannya agar tidak diketahui orang lain, tidak terkena sanksi hukum dengan melakukan kebohongan lainnya, bahkan berani mengorbankan orang lain yang tak berdosa. Selain itu, seseorang yang berbohong dia akan melupakan harga dirinya. Ketika berbohong seolah-olah ia sedang membela kedudukan dan martabatnya, padahal hakikatnya sedang membuka jalan lebar menuju jurang kehancuran.

Dari kasus ini pun kita mendapatkan pelajaran, sehebat apapun seseorang menutupi kebohongannya, pada akhirnya terbongkar pula. Ferdi Sambo dengan kekuasaan dan jabatannya telah berupaya berbohong, bahkan melibatkan banyak orang, namun akhirnya terbuka pula kebohongannya.

Seandainya Michel Jackson (1958-2009), penyanyi legendaris asal Negeri Paman Sam, masih hidup dan bertemu Ferdi Sambo Cs, pasti ia akan mengingatkan untuk tidak berbohong dan harus secara terus terang mengakui perbuatannya. Dalam suatu kesempatan, sang penyanyi legendaris tersebut pernah berujar, “Kebohongan sanggup berlari cepat, sedangkan kebenaran hanya bisa berlari maraton. Namun di pengadilan, kebenaran itu akan memenangkan maraton.”

Kebohongan juga mampu membunuh jiwa kesatria, sikap jantan, pemberani yang dimiliki seorang pria pada umumnya. Jiwa kesatria Ferdi Sambo sebagai seorang Jenderal dengan jabatan elit di institusinya telah hancur luluh oleh kebohongan yang diperbuatnya. Dirinya yang dulu disegani, dihormati karena wibawa dan jabatannya, kini tak berarti apa-apa lagi.

Dari sini mari kita renungkan kata-kata Immanuel Kant (1724-1804) seorang filsuf asal Jerman yang mengatakan, “Dengan sebuah kebohongan, seorang laki-laki sedang menghancurkan martabatnya sebagai laki-laki atau kesatria.”

Sudah berbulan-bulan lamanya, Ferdi Sambo Cs sedang berusaha berperilaku seperti yang ditulis Michael P. Lynch (2004) dalam karyanya True to Life: Why Truth Matters. Sang penulis ini menyebutkan, banyak ragam alasan yang melatari seseorang berani berbuat bohong seperti demi menjaga keamanan diri; menarik simpati orang lain; agar dianggap dirinya lebih baik daripada orang lain; mengalihkan perhatian terhadap suatu masalah; untuk merahasiakan kelakuan buruk atau keadaan yang sebenarnya.

Sampai hari ini, tak ada seorang pun yang menyebutkan, perilaku bohong merupakan perbuatan terpuji. Sebaliknya semua orang menilai perilaku bohong sebagai perbuatan keji.

(mmu/mmu)