Blog

losandes.biz: Kilas Balik Sejarah Golkar Dicetuskan Sukarno Dibangun Soeharto


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Kilas Balik Sejarah Golkar Dicetuskan Sukarno Dibangun Soeharto yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta

Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soeharto, Karavan Cendekia mengadakan Bincang Virtual bertajuk “Evolusi Golkar dan Seabad Soeharto”. Dengan mengundang sejarawan sekaligus penulis buku GOLKAR: Sejarah Yang Hilang, Akar Pemikiran & Dinamika, David Reeve sebagai pembicara.

Acara ini mendapat apresiasi dari Ketua DPD Golkar Jawa Timur M Sarmuji. Menurutnya Komunitas Karavan berani berbeda dengan mengangkat topik terkait Soeharto, tokoh bangsa yang juga lahir di bulan Juni.

“Terima kasih kepada Komunitas Karavan yang telah menentang arus zaman dan berani mengadakan diskusi tentang Soeharto di saat Bulan Juni masyarakat sangat identik dengan peringatan bulan Bung Karno,” ujar Sarmuji dalam keterangan tertulis, Selasa (8/6/2021).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Anggota DPR RI ini menilai Soeharto adalah sosok yang telah menghiasi wajah perpolitikan Indonesia lebih dari setengah abad. Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan dalam memimpin Orde Baru selama 32 tahun.

“Membicarakan Indonesia tanpa membicarakan Soeharto terasa tidak lengkap. Apalagi beliau telah menjadi pemimpin selama 32 tahun. Tentu ini tidak mengurangi penghormatan kita kepada Sukarno karena tanpa sadar kita sering terjebak dalam dikotomi rendahan seperti kalau menghormati Soeharto seolah tidak menghargai Sukarno. Sebaliknya kalau meninggikan Sukarno seolah meninggalkan Soeharto,” katanya.

Dia juga meminta masyarakat tidak membandingkan Sukarno dengan Soeharto secara diametral. Sebab, keduanya merupakan tokoh besar yang turut mengisi kemerdekaan Indonesia.

Lebih lanjut Sarmuji menjelaskan Golkar atau Golongan Karya dicita-citakan oleh Sukarno yang menginginkan kehadiran kekuatan fungsional di tengah situasi demokrasi yang saat itu mengarah ke ultra demokrasi. Kepentingan partai terlihat menonjol dibandingkan usaha untuk mencapai cita-cita bersama. Kemudian, mimpi ini ‘dibidani’ kelahirannya oleh Soeharto.

“Semangat seperti itulah yang menjadi dasar mengapa Golkar hari ini yang meskipun sudah menjelma menjadi partai politik tetap menonjolkan karya-kekaryaan dibandingkan manuver politik yang ideologis. Karena semangatnya adalah semangat kontributif maka Golkar akan tetap dibutuhkan meskipun rezim berganti-ganti,” tandasnya.

Terkait eksistensi Golkar di tahun 2024 mendatang, Alumni Universitas Jember tersebut mengatakan peluangnya sangat terbuka jika ada calon presiden yang diusung oleh Golkar, didukung dengan momentum yang pas.

“Jika ekonomi membaik, Pak Airlangga dan Golkar punya peluang besar untuk menang,” katanya.

Sementara itu, FX Domini BB Hera yang merupakan inisiator diskusi ini menilai seabad Soeharto menjadi momentum yang tepat untuk menimbang kembali rekam jejaknya sebagai tokoh sejarah, yang turut melibatkan Golkar.

“Apakah Soeharto menjadi sosok tunggal dalam sejarah Golkar? Disertasi David Reeve menunjukkan bahwa Golkar sebagai sebuah ide telah muncul sejak era pergerakan 1920. Golkar sebelum, sesaat, dan sesudah Soeharto adalah entitas yang berbeda-beda sesuai dinamika setiap zaman. Sesuatu yang jarang dipahami secara utuh. Forum ini menjadi bagian dari pendidikan politik tersendiri bagi publik,” ujarnya.

David Reeve menambahkan Golongan Karya adalah buah pikir dan konsep yang dilahirkan oleh Sukarno dengan nama golongan fungsional. Menurutnya, saat ini Sukarno sangat anti terhadap partai dan ingin menggantikan peran partai kepada golongan fungsional.

Dalam perjalanannya, dia menyebut Golkar telah mengalami empat tahap. Pertama, tahap Sukarno dengan mengunggulkan golongan fungsional daripada partai. Tahap kedua di masa Ki Hajar Dewantoro dan Nasution yang ditandai dengan lahirnya Kosgoro, MKGR, dan SOKSI, terutama untuk menghadapi underbow PKI. Tahap ketiga Soeharto, dan yang terakhir tahap keempat adalah masa Akbar Tandjung.

Dari empat tahap tersebut, lanjutnya, Soeharto dianggap berhasil melakukan reorganisasi dan mempersatukan Golkar dengan 300 lebih golongan. Sebelumnya tidak ada partai mayoritas, lalu dia menciptakan mayoritas politik parlemen melalui Golkar. Jumlah partai akhirnya diperkecil menjadi tiga.

“Yang paling sukses menggunakan Golkar adalah Soeharto dan Akbar Tandjung. Brilian mengubah Golkar yang sebenarnya anti partai menjadi partai politik yang sebenarnya,” pungkasnya.

Simak juga video ‘Elektabilitas Airlangga Diklaim Cukup Baik di Survei Internal Golkar’:

[Gambas:Video 20detik]

(mul/mpr)