Blog

losandes.biz: Konflik RusiaUkraina Memahami Keinginan Ukraina Masuk NATO


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Konflik RusiaUkraina Memahami Keinginan Ukraina Masuk NATO yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

NEW YORK, KOMPAS.com – Kekhawatiran internasional tentang sikap provokatif Rusia terhadap Ukraina terus berlanjut, bahkan ketika Presiden Rusia Vladimir Putin menyangkal rencana serangan.

Pemimpin Rusia itu mengeklaim akan mundur jika NATO melarang Ukraina bergabung dengan aliansinya. Permintaan yang telah ditolak NATO.

Alastair Kocho-Williams, Profesor Sejarah Universitas Clarkson dalam tulisannya di The Conversation menjelaskan kenapa Ukraina ingin masuk NATO dan memicu ketegangan dengan Rusia.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Cerita WNI di Ukraina | Amnesti 800 Tahanan Myanmar

Pencegahan agresi Rusia

Ukraina telah bermitra dengan NATO sejak 1992. Komisi Ukraina-NATO pada 1997, sebagai forum diskusi untuk masalah keamanan dan sebagai cara untuk memajukan hubungan NATO-Ukraina – tanpa perjanjian keanggotaan formal.

Keanggotaan dengan NATO akan secara signifikan meningkatkan dukungan militer internasional Ukraina, memungkinkan aksi militer NATO di dalam Ukraina dan bekerja bersama anggota militernya.

Jaminan kekuatan militer ini akan bertindak sebagai pencegahan yang kuat terhadap agresi Rusia.

NATO memiliki batas-batas yang jelas tentang dukungannya kepada negara-negara non-anggota. Meskipun telah mendukung negara-negara non-anggota seperti Afghanistan selama keadaan darurat kemanusiaan, NATO tidak berkomitmen untuk mengerahkan pasukan ke negara non-anggota.

Baca juga: Presiden Ukraina Minta Warganya Kibarkan Bendera Besok, Tanda Awal Invasi Rusia?

Penguatan aliansi dengan Barat

Keanggotaan NATO juga akan menarik Ukraina lebih kuat ke Eropa, dan membuatnya lebih mungkin bergabung dengan Uni Eropa — tujuan kebijakan lain untuk Ukraina.

Keanggotaan juga akan membantu negara membangun hubungan yang lebih dekat dengan AS. Sementara di saat yang sama bergabung dengan aliansi bisa menarik Ukraina lebih jauh dari lingkup pengaruh Rusia.

Tetapi ketegangan regional dapat diperburuk jika Ukraina menjadi anggota NATO, karena Rusia mengatakan akan menafsirkan perluasan aliansi sebagai ancaman langsung terhadap negaranya.

Baca juga: Ukraina Menuntut Pertemuan dengan Rusia Segera untuk Bahas Penambahan Pasukan

Profesor Williams dari Universitas Clarkson menilai Ukraina memang membuat kemajuan dalam memperoleh keanggotaan NATO, namun itu tidak berarti kemungkinan baginya bergabung dengan NATO (jika ada), bisa terwujud dengan cepat.

Semua anggota NATO harus dengan suara bulat menyetujui negara baru, berdasarkan faktor-faktor seperti demokrasi yang berfungsi dan “sengketa teritorial eksternal yang belum terselesaikan”.

Alhasil, keberadaan pasukan Rusia yang berkemah di perbatasan Ukraina tentu bisa menimbulkan masalah.

Keanggotaan NATO terbuka untuk negara Eropa mana pun yang dapat “berkontribusi pada keamanan kawasan Atlantik Utara.” Negara yang ingin menjadi anggota harus mengikuti “Rencana Aksi Keanggotaan”, sebuah proses aplikasi yang mengharuskan negara-negara merinci kebijakan keamanan dan politik mereka.

Diperlukan waktu 20 tahun bagi sebuah negara untuk menyelesaikan rencana tersebut dan mendapatkan izin masuk, seperti dalam kasus Makedonia Utara.

Baca juga: Giliran Singapura yang Minta Warganya Tinggalkan Ukraina

Mantan presiden Ukraina Leonid Kuchma secara terbuka mengumumkan ketertarikan Ukraina dalam keanggotaan NATO pada Mei 2002.

Ukraina kemudian mengajukan Rencana Aksi Keanggotaan pada 2008. Proses ini terhenti pada 2010 di bawah mantan Presiden Viktor Yanukovych, seorang politisi yang didukung Putin yang tidak ingin menjalin hubungan dengan NATO.

Ukraina baru-baru ini menghidupkan kembali rencananya untuk bergabung dengan NATO, terutama untuk menghadapi konflik Rusia-Ukraina dan setelah pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014.

Proses aplikasi NATO “telah berlarut-larut untuk waktu yang sangat lama,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada September 2021.

Baca juga: Daftar 19 Negara yang Minta Warganya Tinggalkan Ukraina, di Tengah Ancaman Invasi Rusia

Menurut Williams, Ukraina yang merdeka dan berdaulat akan mendukung tujuan NATO untuk stabilitas Euro-Atlantik, terlebih Ukraina telah menyatakan urgensi yang lebih besar untuk bergabung dengan aliansi tersebut daripada NATO sendiri.

Tapi dengan Ukraina masuk NATO sekarang dinilai bisa menimbulkan masalah. Pasalnya ancaman konflik yang akan segera terjadi antara Ukraina dan Rusia, bisa membuat NATO mengambil tindakan militer terhadap Rusia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.