Blog

losandes.biz: Mengenang Ki Ageng Gribig Leluhur Airlangga Hartarto Penasihat Sultan Agung dan Pejuang Islam


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Mengenang Ki Ageng Gribig Leluhur Airlangga Hartarto Penasihat Sultan Agung dan Pejuang Islam yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Klaten, Beritasatu.com – Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto tak kuasa menahan air mata saat menghadiri acara haul leluhurnya, seorang ulama besar Jawa bernama Ki Ageng Gribig, Kamis (23/9/2021) malam. Peristiwa itu terjadi saat Airlangga menghadiri haul Ki Ageng Gribig di Klaten, Jawa Tengah.

Airlangga mengenang sosok Ki Ageng Gribig sebagai seorang tokoh agama yang tak kenal lelah dalam mensyiarkan ajaran Islam di Tanah Jawa.

“Ki Ageng Gribig atau yang bernama asli Wasibagno Timur adalah ulama besar yang menyebarkan Islam di Desa Krajan, Jatinom, Klaten, dan sekitarnya. Ia juga dikenal masih keturunan dari Raja Majapahit, Brawijaya V,” kata Airlangga.

Menurut Airlangga, ketokohan Ki Ageng Gribig itu harus menjadi contoh setiap umat muslim di Indonesia. Cucu Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit itu merupakan seorang alim ulama yang terkenal dermawan dan tak pernah pelit untuk membagikan ilmu serta harta yang dimilikinya.

“Saat hidup, dia menjadi amir tanah perdikan (daerah yang dibebaskan pajak oleh Belanda, Red) di Jatinom. Dia adalah penasihat spiritual Raja Mataram Sultan Agung. Atas jasanya Kiai Ageng Gribig dianugerahi putri adik sinuhun bernama Raden Ayu Mas sebagai istrinya,” ujar Airlangga.

Selain itu, kata Airlangga, Ki Ageng Gribig juga diberi kebebasan untuk memilih rumah yang akan ditempati bersama keluargannya. Namun, karena sikap rendah hati yang selalu tertanam di dalam dirinya, Ki Ageng Gribig memutuskan untuk tetap tinggal di Klaten.

“Ki Ageng Gribig memilih tinggal di Klaten untuk melakukan kerja dakwah. Ki Ageng Gribig berhasil menjadikan Jatinom sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa,” kata dia.

Airlangga mengatakan, Ki Ageng Gribig memiliki ciri khas dalam berdakwah dan hingga kini selalu dikenang oleh masyarakat di Klaten. Salah satu metodenya yaitu dengan membagikan kue sembari mengucapkan kalimat “Ya Qowiyyu” dan seterusnya sebagai doa untuk meminta kekuatan kepada Allah.

Oleh masyarakat, kue ini kemudian dikenal dengan nama kue apem, saduran dari bahasa Arab, affan, yang memiliki makna dan filosofi sebagai permohonan ampun kepada Allah.

Tradisi pembagian kue apem inilah yang kemudian secara rutin dilaksanakan Ki Ageng Gribig dan kemudian dilanjutkan pula oleh para muridnya serta masyarakat Jatinom sampai sekarang.

Sumber: BeritaSatu.com