Blog

losandes.biz: Menilik Sejarah Awal Konflik RusiaUkraina


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Menilik Sejarah Awal Konflik RusiaUkraina yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

KOMPAS.com – Konflik Ukraina-Rusia semakin menyita perhatian global.

Dalam sejarahnya, Rusia dan Ukraina memang sempat terlibat konflik ketika Revolusi Bolshevik terjadi pada 1917.

Dilansir History, Ukraina jadi salah satu daerah paling makmur yang luas di Rusia sebelum perang.

Baca juga: Ukraina Sebut Pasukan Rusia Tak Cukup Lancarkan Serangan Besar-besaran

Ukraina termasuk penghasil gandum utama di Eropa, serta kaya akan sumber daya mineral, juga besi dan batubara.

Mayoritas wilayah Ukraina kemudian dimasukkan ke dalam Kekaisaran Rusia setelah pembagian kedua Polandia pada 1793.

Tak lama setelah penggulingan Tsar atau kaisar Soviet pada Februari 1917, Ukraina membentuk pemerintahan sementara dan memproklamirkan dirinya sebagai republik dalam struktur Federasi Rusia.

Setelah Vladimir Lenin naik ke tampuk kekuasaan bulan November, Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan penuhnya pada Januari 1918.

Namun, Pemerintahan Ukraina yang dibentuk setelah pemisahan diri, mengalami kesulitan serius.

Mereka harus menghadapi oposisi Bolshevik dan aktivitas kontra-revolusioner di dalam negeri.

Melihat Ukraina sebagai sumber makanan yang ideal dan sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang dilanda kelaparan, Jerman dan Austria membawa pasukan untuk menjaga ketertiban.

Jerman dan Austria juga memaksa pasukan Rusia yang menduduki negara itu untuk pergi berdasarkan ketentuan perjanjian.

Baca juga: Hanya Tawarkan Helm untuk Ukraina, Jerman Diolok-olok Warganya Sendiri

Tapi, kekalahan Blok Sentral dan penandatanganan gencatan senjata pada November 1918 memaksa Jerman dan Austria menarik diri dari Ukraina.

Pada saat yang sama, dengan jatuhnya kekaisaran Austro-Hongaria, republik Ukraina Barat yang merdeka diproklamasikan di kota Lviv di Galicia.

Kedua negara Ukraina sempat memproklamirkan persatuan mereka pada awal 1919, tetapi kemerdekaan itu berumur pendek, karena mereka terlibat konflik tiga arah melawan pasukan dari Polandia dan Rusia.

Pemerintah Ukraina secara singkat bersekutu dengan Polandia, tetapi tidak dapat menahan serangan Soviet.

Pada tahun 1922, Ukraina menjadi salah satu republik konstituen asli dari Uni Republik Sosialis Soviet (USSR) dan baru mendapatkan kembali kemerdekaannya setelah Uni Soviet pecah tahun 1991.

Menengok akar sejarah, Presiden Rusia saat ini, Vladimir Putin pun enggan membiarkan Ukraina lepas begitu saja.

Putin menyebut Ukraina sebagai jantung bersejarah orang Slavia dan memperingatkan Barat untuk tidak mencoba mengubahnya untuk melawan Rusia.

“Kami tidak akan pernah membiarkan wilayah bersejarah kami dan orang-orang yang dekat dengan kami yang tinggal di sana digunakan untuk melawan Rusia,” tulis Putin.

“Dan kepada mereka yang akan melakukan upaya seperti itu, saya katakan bahwa dengan cara ini mereka akan menghancurkan negara mereka sendiri.”

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.