Blog

losandes.biz: Pariwisata Makin Pulih Awas Risiko Berlebih


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Pariwisata Makin Pulih Awas Risiko Berlebih yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

”Kami memperbaiki destinasi wisata (saat ini), bagaimana merangsang orang supaya mau berwisata, jadi wisata di dalam negeri,” ujar Agus dalam konferensi pers Kompas Travel Fair 2023 di Menara Kompas, Jakarta, Jumat (4/8/2023).

Baca juga : Modal dan Peluang Ekowisata

ARSIP TIM EVENT KOMPAS

Hadir pula Direktur Bisnis Harian Kompas Lukminto Wibowo, Wakil Direktur Bisnis Kompas Novi Eastiyanto, serta EVP Head Marketing and Lifestyle Business OCBC NISP Amir Widjaya dalam konferensi pers tersebut.

Menurut Agus, pihaknya mempersiapkan masyarakat sekitar, terutama pada bidang pelayanannya. Selain itu, tata kelola wisata lokal juga digarap dengan memperbanyak acara agar pengunjung mengenal daerah tujuannya.

Baca juga : Alarm Peringatan Dini ”Overtourism”

Daya dukung

Meski demikian, risiko pariwisata berlebih (overtourism) tetap diwaspadai. Guna menjaga kawasan pariwisata, Agus mengatakan, Kemenparekraf sedang mengupayakan untuk memperhitungkan daya tampung serta daya dukung suatu kawasan. Apabila terjadi penumpukan turis, maka daerah itu perlu membuat antrean masuk bagi wisatawan.

Secara terpisah, Kepala Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada Janianton Damanik menilai, overtourism belum akan terjadi tahun ini, kendati potensinya tetap ada di sejumlah tempat. Destinasi dengan potensi itu antara lain kawasan Ubud, Kuta, Seminyak (Bali); Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta); dan Mandalika (Nusa Tenggara Barat).

Janianton menyarankan agar pemerintah membuka akses lebih luas pada destinasi sekunder guna mencegah overtourism. Hal itu perlu diikuti pula dengan akses, promosi, dan kenyamanan yang membaik. Namun, ia juga menekankan, overtourism bukan semata soal banjir wisatawan, melainkan lebih pada manajemen destinasi. Apabila destinasi ditata baik, efek overtourism dapat direduksi.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Turis asing menikmati pertunjukan tari Bali di Puri Saren Agung Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.

Di luar negeri

Fenomena membeludaknya wisatawan juga terjadi di luar negeri. Secara umum Uni Eropa belum mengeluarkan payung kebijakan untuk menangani permasalahan ini. Namun, tiap negara, bahkan kota, mengeluarkan aturan masing-masing.

Baca juga : Jateng Bakal Ambil Peluang Ekonomi dari Pariwisata Halal

”Sebuah kota atau negara tidak bisa otentik apabila warganya tidak nyaman,” kata Perdana Menteri Portugal Antonio Costa, dikutip oleh Gizmodo.

”Barcelona pada 2019 pernah mengalami 3 juta wisatawan dalam sehari, tetapi 40 persen hanya tinggal selama beberapa jam. Ini tidak baik bagi kebudayaan dan reputasi kota,” kata Wali Kota Barcelona Ada Colau kepada El Pais.

Reaktivasi penerbangan

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Baca juga : Kejar Durasi Tinggal Wisman, Kebijakan Bebas Visa Dicabut

Kepala Satpol PP Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi berupaya menertibkan sejumlah tingkah laku wisatawan dengan membentuk Satuan Tugas Kepariwisataan. Selain itu, Rai juga kerap menemukan wisatawan asing yang bekerja tanpa izin. Salah satunya bekerja sebagai pemandu wisata.

Partisipasi masyarakat dan pengelola obyek wisata untuk menegur, bahkan melaporkan wisatawan yang melanggar norma dibutuhkan. Sebab, Satpol PP tak dapat berjaga di semua tempat.

Rai menilai, upaya pemerintah mencabut sementara bebas visa kunjungan dapat menekan angka pelanggaran wisatawan mancanegara. Alhasil, wisatawan yang datang juga lebih berkualitas. ”Saya yakin (ketika) sudah tidak ada lagi bebas visa, itu kecenderungan yang datang memang wisatawan berkualitas. (Mereka) Memang tujuannya menikmati wisata Bali,” ujarnya.

Baca juga : Pemerintah Evaluasi Kebijakan Bebas Visa untuk 159 Negara