Blog

losandes.biz: Sederet Analisis Pakar soal Invasi Rusia ke Ukraina


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Sederet Analisis Pakar soal Invasi Rusia ke Ukraina yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Solo

Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya menabuh genderang perang dan melancarkan invasi ke Ukraina seperti yang telah dikhawatirkan negara-negara Barat. Para pakar universitas di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pun menuturkan analisisnya terkait serangan Rusia ke Ukraina. Apa saja?

Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Marten Hanura berpendapat invasi Rusia ke Ukraina belum akan menimbulkan perang dunia III. Salah satu alasannya karena Rusia merupakan penyuplai 40 persen gas di Amerika, dan Uni Eropa.

Lalu ada pula analisis dari Guru Besar Hukum Internasional Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Ade Maman Suherman yang menyebut jika konflik Rusia dan Ukraina merupakan akumulasi permasalahan multidimensi kedua negara. Terlebih sejak pecahnya Uni Soviet yang menjadikan banyak negara pecahannya bergabung sebagai anggota NATO yang membuat Rusia meraca terancam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Imbas invasi Rusia ke Ukraina ini dikhawatirkan bakal berdampak ke Indonesia. Menurut pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Riza Noer Arafani imbas konflik ini bakal berdampak pada stabilitas perdagangan internasional, dan juga harga minyak yang diprediksi bakal melonjak.

Berikut ringkasan analisis para pakar soal invasi Rusia ke Ukraina ini:

1. Belum berpotensi picu perang dunia III

Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Marten Hanura, menilai kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina memicu perang dunia III itu terburu-buru. Menurutnya masing-masing negara masih rasional dan memiliki kalkulasi risiko.

Selain itu, sebanyak 40 persen pasokan gas Amerika dan Uni Eropa dari Rusia. Sehingga menurut Marten, jika ada perang terbuka maka Uni Eropa terancam gelap gulita.

“Misal negara sekutu atau Amerika ya, kalau bicara aliansi kan di Uni Eropa banyak pasokan gas dari Rusia, 40 persen, kalau mau perang terbuka maka berpikir kalau perang dengan Rusia dan Rusia tidak memasok gas nanti Uni Eropa bisa gelap gulita. Pertimbangan Rusia juga kan dia menyalurkan melalui pipa melalui Ukraina, kalau berkonflik mau didistribusikan melalui apa,” jelas Marten.

2. Rusia sudah beri sinyal ke Ukraina

Marten menjelaskan konflik Rusia-Ukraina sudah terjadi sejak 2014 yang eskalasinya makin meningkat. Rusia sudah memberikan sinyal dengan mendekatkan pasukan tentaranya ke Rusia bulan Januari lalu.

“Awal Januari ada kekhawatiran, dari satelit, tentara Rusia mendekat ke Ukraina dan dianggap menyerang. Setelah beberapa hari, pasukan tentara Rusia ditarik mundur. Ini sinyalemen, Putin sebenarnya tidak ingin rusuh atau konflik di Ukraina, namun dengan syarat beberapa kepentingan Rusia bisa diakomodir terutama kepentingan isu Ukraina masuk NATO yang jadi ancaman serius secara geopolitik di Eropa Timur terutama Rusia,” ujar dia.

3. Rusia merasa terancam gegara negara penyangga bergabung dengan NATO

Marten menyebut Rusia sudah mengirim warning kepada NATO, Amerika, dan sekutunya sejak 1999. Peringatan ini diberikan karena sejak Uni Soviet jatuh 1990 negara-negaranya terpecah dan bergabung dengan Uni Eropa dan NATO. Rusia pun merasa terancam.

“Jadi saya kira Rusia sudah sering menyampaikan, jadi kalau kepentingannya itu tidak diakomodir pasti Rusia akan melakukan tindakan yang dianggap oleh Barat agresif,” sambung Marten.

4. Konflik Rusia-Ukraina disebut akumulasi permasalahan multidimensi

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Ade Maman Suherman menyoroti invasi Rusia ke Ukraina sebagai akumulasi permasalahan multidimensi sejak bubarnya Uni Soviet. Selain itu, bergabungnya 10 negara eks Uni Soviet dengan NATO membuat Rusia tak percaya dengan komitmen Eropa soal zona pakta militer Atlantik Utara.

Namun saat ini posisi Ukraina dinilai seperti buah simalakama. Ade memberi contoh Presiden Ukraina yang pro-Rusia digulingkan karena menolak untuk bergabung dengan Uni Eropa sekaligus anggota NATO pada tahun 2014.

5. Invasi Rusia ke Ukraina diprediksi berlangsung lama

Invasi Rusia ke Ukraina diprediksi akan berjalan lama karena pihak Barat tidak berani berkonflik militer. Amerika Serikat dan Inggris disebut hanya akan menerapkan sanksi ekonomi dan finansial.

“Ini kasus konflik pertama yang perpetrator-nya negara pemilik hak veto dengan kemampuan senjata nuklir yang mumpuni. Tidak tertutup kemungkinan potensi Perang Dunia ke-3 kalau kalap dan frustasi, everything might happen,” tutur Ade.

6. Serangan Rusia ke Ukraina pengaruhi harga minyak dunia

Perang antarkedua negara ini diprediksi bakal berpengaruh terhadap stabilitas perdagangan internasional. Salah satu komoditas yang paling terdampak yakni minyak.

“Jadi itu yang perlu kita antisipasi ya. Yang paling immediate ini nanti harga minyak. Harga minyak itu nanti akan terpengaruh dari peristiwa ini dan kita seperti biasanya harus siap-siap dengan implikasinya kepada domestik di Indonesia, menyangkut harga BBM, karena kita sudah net importer dari BBM itu,” jelas pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Riza Noer Arafan.

7. Indonesia dan negara G20 diminta jadi penengah konflik

Riza berpendapat krisis Ukraina menjadi ujian bagi kebijakan politik bebas aktif Indonesia. Pemerintah diminta untuk meminta semua pihak menahan diri dan tidak melanjutkan eskalasi konflik.

Untuk diketahui konflik antara Moskow dan Kiev tak hanya melibatkan Rusia dan Ukraina. Tapi juga Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sebagian besar pihak yang berkonflik itu pun merupakan anggota G20. Walaupun G20 tak fokus terkait keamanan dan politik, tapi membicarakan tatanan ekonomi global, yang itu pasti akan terpengaruh konflik ini.

Oleh karena itu, Riza melihat negara-negara G20 termasuk Indonesia bisa berkontribusi membantu menyelesaikan masalah ini.

“Jadi saya kira G20 harus juga punya pesan dari sini. Memang G20 rancangannya bukan ke sana ya, bukan untuk bidang-bidang yang politik atau militer lebih ke ekonomi, keuangan. Tetapi tidak ada salahnya ada semacam urgensi dari kelompok negara-negara ini untuk masuk ke konflik ini dan menjadi future broker, peace broker atau penengah begitu,” ujar dia.

Simak Video “AS Mulai Lelah dengan Tingkah ‘Manja’ Zelensky”
[Gambas:Video 20detik]

(ams/ams)