Blog

losandes.biz: Studi Orang dengan Pola Makan Ramah Lingkungan Punya Risiko Kematian Lebih Rendah


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: Studi Orang dengan Pola Makan Ramah Lingkungan Punya Risiko Kematian Lebih Rendah yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta

Ilmuwan dari Harvard TH Chan School of Public Health di AS telah menemukan bahwa orang yang memiliki pola makan ramah lingkungan memiliki risiko kematian lebih rendah. Pola makan ini juga disebut dengan ‘diet berkelanjutan’

Menurut ilmuwan, orang yang memakan makanan yang berkelanjutan memiliki risiko kematian 25 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang pola makannya kurang berkelanjutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Makanan yang Berkelanjutan

Melansir BBC Science Focus, pola makan berkelanjutan ini juga dikenal sebagai “diet kesehatan planet”. Apa yang dimakan adalah biji-bijian, buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran non-tepung, dan minyak tak jenuh (seperti minyak zaitun).

Sayuran bertepung termasuk bit, parsnip, kacang polong dan kentang. Hal ini berbeda dengan makanan seperti telur dan daging merah serta olahannya yang dianggap kurang ramah lingkungan.

Studi Terhadap Pola Makan Berkelanjutan

Ilmuwan telah melakukan studi yang melibatkan lebih dari 100.000 peserta di AS, dengan periode pemeriksaan selama 30 tahun di mana 47.000 peserta meninggal dunia.

Temuan yang dipresentasikan pada konferensi American Society for Nutrition 2023 di Boston, AS, menunjukkan bahwa peserta dengan diet kesehatan planet yang baik memiliki risiko lebih rendah dari semua penyebab kematian yang diukur dalam penelitian tersebut.

Ini termasuk kanker, penyakit kardiovaskular (yang dapat menyebabkan serangan jantung), penyakit menular, dan penyakit neurodegeneratif, seperti demensia.

Menurut Linh Bui, kandidat PhD di Harvard yang mempresentasikan temuan tersebut, tim peneliti telah menggabungkan bukti ilmiah terbaik saat ini, dari efek makanan yang berbeda pada kesehatan manusia dan alam.

Dengan menggunakan data gabungan ini, para ilmuwan membuat Indeks Diet Kesehatan Planet, dan memberikan skor kepada peserta berdasarkan diet mereka.

Hasilnya mengonfirmasi hipotesis para peneliti bahwa skor Planetary Health Diet yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah.

Orang-orang dengan skor Indeks Kesehatan Planet tertinggi memiliki risiko kematian keseluruhan 25 persen lebih rendah daripada mereka yang memiliki skor terendah.

Ketika dipecah menjadi penyebab kematian yang lebih spesifik, mereka yang memiliki skor lebih tinggi memiliki risiko kematian akibat kanker atau penyakit kardiovaskular 15 persen lebih rendah, risiko 20 persen lebih rendah dari penyakit neurodegeneratif, dan risiko 50 persen lebih rendah dari penyakit pernapasan.

Dampak Lingkungan yang Memengaruhi

Adapun dampak lingkungan dari makanan dinilai oleh faktor-faktor seperti penggunaan air, penggunaan lahan, polusi, dan emisi gas rumah kaca.

Para peneliti berharap indeks tersebut dapat digunakan sebagai alat sederhana bagi pembuat kebijakan dan layanan kesehatan masyarakat untuk secara bersamaan meningkatkan kesehatan manusia dan mengatasi krisis iklim.

Namun, mereka mengakui bahwa indeks tersebut tidak memperhitungkan tantangan tertentu yang mungkin dialami orang dalam mengikuti pola makan berkelanjutan. Seperti kondisi kesehatan, batasan agama, atau ketersediaan makanan secara sosial ekonomi.

Peneliti berharap ada studi lebih lanjut yang akan mengatasi hambatan ini, serta hubungan antara makanan dan penyakit yang disesuaikan dengan negara tertentu.

Simak Video “Gaya Hidup Ramah Lingkungan yang Bisa Selamatkan Bumi”
[Gambas:Video 20detik]

(faz/pal)