Blog

losandes.biz: PKB Sejarah dan Kiprahnya di Lima Kali Pemilu


Dalam era yang terus berkembang dengan pesat, informasi telah menjadi komoditas yang tak ternilai harganya. Dari revolusi digital hingga transformasi teknologi, dunia kita kini tenggelam dalam lautan informasi yang tak pernah kering. Artikel ini mengajak kita untuk melangkahkan kaki ke dalam kompleksitas tatanan informasi saat ini, mengeksplorasi tantangan dan peluang yang muncul dalam mengelola dan memahami gelombang informasi yang terus menggulung. Dari algoritma cerdas hingga arus berita yang tak kenal lelah, mari kita telaah bersama bagaimana kita dapat menjadikan informasi sebagai alat untuk mendobrak batasan dan memahami dunia di sekitar kita dengan lebih baik.

Berikut adalah artikel atau berita tentang Harian losandes.biz dengan judul losandes.biz: PKB Sejarah dan Kiprahnya di Lima Kali Pemilu yang telah tayang di losandes.biz terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 14 partai politik (parpol) yang lolos verifikasi faktual telah mendapatkan nomor urut peserta Pemilu 2019.

Pengundian nomor urut dilakukan di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Minggu (18/2/2018).

Saat pengundian, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendapat nomor urut 1. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar tersenyum lebar saat tahu partainya mendapat nomor urut wahid.

Sejarah PKB

Berdirinya PKB berawal dari lengsernya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998. Peristiwa ini menandai lahirnya era reformasi di Indonesia.

Baca juga: Senyum Lebar Cak Imin Saat PKB Dapat Nomor Urut 1

Sehari setelah peristiwa bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapatkan usulan dari para warga NU di seluruh pelosok Tanah Air. Salah satunya agar PBNU membentuk parpol.

PBNU menanggapi usul tersebut secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa hasil Muktamar Ke-27 NU di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris, NU tidak terkait dengan parpol mana pun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis.

Banyak pihak dengan tidak sabar, bahkan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi politik warga NU setempat, antara lain Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat (Perkanu) di Cirebon.

Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah tanggal 3 Juni 1998. Forum ini menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas memenuhi aspirasi warga NU.

Tim Lima diketuai KH Ma’ruf Amin dan beranggotakan KH M Dawam Anwar, KH Said Aqil Siroj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja.

Selain itu, dibentuk pula Tim Asistensi yang diketuai Arifin Djunaedi dengan anggota H Muhyiddin Arubusman, HM Fachri Thaha Ma’ruf, H Abdul Aziz, H Andi Muarli Sunrawa, HM Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar.

Tim tersebut bertugas membantu Tim Lima, terutama untuk mengiventarisasi dan merangkum usulan warga NU yang ingin membentuk parpol baru.

Inisiator pembentukan parpol bagi warga NU, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, prihatin bahwa kelompok-kelompok NU ingin mendirikan partai politik NU.
Menurut dia, hal itu terkesan mengaitkan agama dan politik partai.

Pada akhir Juni 1998, sikap Gus Dur mengendur dan bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunnah wal jamaah.

Keinginan Gus Dur diperkuat dukungan deklarator lainnya, yaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A Mustofa Bisri, dan KH A Muchith Muzadi.

Proses selanjutnya, penentuan nama partai disahkan melalui hasil musyawarah Tim Asistensi Lajnah, Tim Lajnah, Tim NU, Tim Asistensi NU, Perwakilan Wilayah, para tokoh pesantren, dan tokoh masyarakat.

Seusai pembentukan partai, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta pada 23 Juli 1998.

Salah satu poin deklarasi menyebutkan, PKB bersifat kejuangan, kebangsaan, terbuka, dan demokratis.

Meski berbasis NU, PKB juga beranggotakan orang-orang yang berasal dari luar NU, bahkan beberapa kader memiliki latar belakang agama yang bukan Islam.

Perolehan suara

PKB pertama kali mengikuti pemilu pada 1999. Partai ini sempat mengajukan Gus Dur sebagai presiden keempat RI pada Oktober 1999 hingga Juli 2001.

Pada Pemilu 2004, partai yang dipimpin Alwi Shihab memperoleh hasil suara 10,57 persen (11.989.564) dan mendapatkan 52 kursi di DPR.

Perolehan suara PKB merosot pada Pemilu 2009 dan hanya mendapat 27 kursi di DPR.

Pada Pemilu 2009, suara partai meningkat dua kali lipat dengan mendapatkan 47 kursi di DPR.

Jelang Pemilu 2019, pemilu kelima bagi PKB, Muhaimin alias Cak Imin berharap semua partai politik peserta pemilu memiliki satu tujuan yang sama, yaitu Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

Ia mengatakan, PKB bersama partai lain akan bersaing tanpa menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.